Inez's Diary · travel

Bali Summer Trip #3

 

 

Bali’s summer trip day #3.

Legian-Lovina-Danau Batur-Besakih-Legian

The 3rd day start early, like waaaaaaayyy early. Sepanjang trip, kami nggak pernah tidur sebelum jam 12 malam, jadi perjalanan kali ini super sekali. Jam 3 pagi kami sudah siap-siap. Ya, mandi dengan air dingin untuk meluncur ke Bali Utara demi melihat lumba-lumba di pantai lovina. Kurang dari jam 4 pagi kami meluncur dari Legian menuju Buleleng. Mobil rentalan seadanya ini juga nggak bisa dipacu maksimal meski jalanan kosong. Bensin sudah di cek, aman nggak perlu nyimpang dulu ke Pom Bensin. Bermodal nekat, ditemani musik dari HP sepanjang jalan dan di guide oleh google maps…kita mulai perjalanannya.

Legian-Lovina

Ini mungkin trip yang cukup unik, menghadirkan suasana mistis dan spooky. Dalam hati berkata, “Ini goes to Lovina apa Angker Batu?”. Yeah. It would be a beautiful if we’re going during the day, but right then everything is dark. Romantic yet spooky in certain way karena kami ditemani purnama. Kami melewati jalan raya yang dipadati penduduk, masuk ke area persawahan hingga entah apa yah, pokoknya kanan-kiri jalan ditumbuhi pohon besar yang rantingnya sebagian mengarah ke jalan. Ya, seolah masuk terowongan yang terbuat dari pohon-pohon. Dari sana, jalanan mulai menanjak hingga kita di atas bukit. Nona Lubis terlelap di samping saya, Noni Channy di depan bersama mas *uhuk* driver up to the point where there was a cross-road. Right or Left. Kami ada di puncak bukit, there is no higher ground there. Jalanan yang kanan adalah turunan yang sebelah kiri mengarah ke perkebunan. Menurut google maps, kami harus ambil arah kiri. There was doubt among us. Ini jalanan kok kian ngeri yah. Waktu menunjukkan pukul 4 lewat, hampir setengah 5. Akhirnya kami memutuskan mengikuti arahan google maps. Left way it is.

Jalanannya sempit, hanya cukup satu mobil. Sepanjang jalan adalah lahan pertanian dengan pohon setinggi 1-1.5m. Jangan harap ada lampu penerangan because it was gone since waaaay back. Tetiba kami dalam keheningan, saya lenyap dalam pikiran saya sendiri. Pak Driver dan Noni Channy sibuk mukul dashboard beberapa kali. “Oh, serangga mungkin kan kita lagi di tengah ladang.” i forgot the fact that no one open the window. Lalu…kabut. Nggak nyampe 10 menit dari persimpangan tadi, kami memasuki area berkabut pekat dengan jarak pandang nggak lebih dari 3-5 meter. No one talks. Hanya musik yang dibiarkan menyala memecah keheningan. Saya pengen banget bangunin Nona Lubis nyari temen ketakutan hahaha, but i know she’ll be scared so i let her sleep.But i guess God love me, Nona Lubispun terbangun. “Wow, apaan nih?” katanya saat melihat kabut menyelubungi.

The car is going slow, the road is getting crazier. Tikungan tajam, turunan dan tanjakan pendek tapi ekstrim. Saya yakin banget sebenarnya pak driver ini juga parno, tp sense of responsibility pada 3 gadis yang dia bawa membuatnya berusaha tenang. I wanna go back, we’re in too deep dan nggak ada space buat putar balik.Lebih parah lagi, signal gps-nya on/off terus selama kami di area itu. Entahlah karena hal supernatural atau memang payah aja. Saya pake provider 3 and its dead di sekitar tabanan. Telkomsel punya Nona Lubispun kehlangan signal saat dia terbangun tadi. Tinggal XL punya Channy. 45 menit rasa 2 jam, kira-kira begitulah subjective time saat itu. Memasuki jam 5 pagi, akhirnya kami menemukan deretan rumah…leganya… we’ll be okay, we’re not lost anymore. Untungnya sih memang jalannya cuma satu sejak bukit tadi. Begitu memasuki area pemukiman, signal mulai membaik dan sekitar setengah 6 pagi kami tiba di Lovina.

Its a very beautiful day. Cerah dan hangat. Tanpa repot mencari, para bapak pengemudi kapal menghampiri kami. Nggak banyak nawar, Channy selaku bendahara kami segera membayar. Suasana masih terbilang gelap tapi di cakrawala sana semburat oranye matahari terbit sudah terlihat. Gadget segera dipersiapkan, seribu sayang kami belom punya action cam, it will be very useful during the dolphin chase. An action cam and DSLR with tele lens and a stabilizer is a must for the dolphin chase. My adrenaline is pumped. Its not about seeing the dolphin, its about hundreds of boats hunting for it. I give up documenting since my camera isn’t capable of recording this kind of heist hahaha. I just stood and enjoying the view. Beautiful, the scene of the dolphin families arise to the surface, jumping and swimming together. I consider myself lucky to have such experience. Worth the trip.

Berbekal mcd yang dibeli semalam, kami sarapan singkat sejenak sebelum lanjut ke Besakih. Its a very long way from Lovina. Kami dapat informasi dari warga lokal kalo di dekat lovina ada kolam pemandian air hangat. Sebenarnya kami tergoda, cuma mengingat perjalanan mengerikan sebelumnya, kami mengurungkan niat dan segera bertolak mendekat ke bali selatan sebelum gelap.

Pura Ulun Danu dan Danau Beratan

Di tengah perjalanan, we need a break. Pak driver sudah setun* (lelah/pusing) dan butuh istirahat. Jadi, sementara kami menjelajah Pura Ulun Danu Batur, pak driver tidur. Sekali lagi, saya terpesona. Di hadapan saya ada Gunung (lupa namanya) dan Danau Beratan, langit cerah dan udara sejuk meski matahari lagi di puncak kepala. Tipsnya : bawa selendang sendiri, be polite dan jangan takut untuk nanya-nanya. Kebetulan sekali pas ke sana lagi ada yang ibadah, treat them with respect. Saya bisa merasakan ke-khusyuk-an ibadah mereka. Suasana hening, khidmat. Hanya terdengar bunyi lonceng dan seandung doa. Saya saat itu terpesona pada sosok ibu yang beribadah bersama anakanya yang masih kecil, umurnya nggak lebih dari 5 tahun. Di bimbingnya si anak untuk mengikuti gerakan dan si anak menurutinya meski belum paham dengan maksud semua itu. There is always a feeling that i can’t describe whenever i see parents are teaching their kids a way to worhsip God, no matter their religion. All i know is, it felt good to see it.

Move along, saatnya untuk makan siang. This is our check point for a long break after that long journey from legian. Makan siang di Resto Apung, Danau Beratan. To our suprise, ternyata tempatnya dekat dengan Trunyan. Trunyan tuh pulau di tengah danau yang di pakai untuk memakamkan warga Trunyan, tapi jenazahnya nggak di kubur. Jadi, ketika menuju Resto Apung, kami banyak menemui ‘tour guide’ yang menawarkan jasa ke Trunyan. Harganya berkisar 300-500 ribu per orang. Track-nya lumayan juga menuju Resto Apung. Kami melewati turunan tajam, karena kami berada di puncak dan harus turun ke lembah. We have a great lunch there. Harga dan rasa sebanding lah ya. Rate-nya nggak lebih dari 100k per orang untuk makan dan minum. Kami berempat nggak sampe 300ribu malah.

Pura Besakih

Cuaca cerah mengikuti kami sejak Lovina hingga mendekati Besakih. Sesampainya di Besakih sekitar jam 3 sore, sudah turun kabut dan mendung. Jadi, kami nggak dapet foto Pura Besakih yang berlatar Gunung Agung. Nggak masalah, we had a blast anyway. Tips aja, beware dengan para penjaja bunga. Kami tetiba di datangi dan di beri bunga saat memberikan donasi sebagai ‘tiket masuk’. Ketika kami menuju pura, kami di tagih untuk membayar bunga yang mereka berikan. Seriously, we didn’t ask for it. They just give it and ask for payment. Sedih deh karena harus jual maksa begitu. I mean, come on!

Menuju Pura, kami ditemani seorang guide. Kami tahu kalau kami harus memberi tips, but this guy is just…ah respect to him. He gives us a great service. Giving us tour and so many information about Besakih, Hinduism in Bali, the caste system, celebration, you name it. And the most important thing is, he know a good angle to our picture. He offer himself to take the picture without us asking. The best part, he didn’t set a price for his service. We give him about 50k when the tour is over. Best 50k to spend that day.

Besakih Tour ends in about 4 am, and its still a very long way to Legian. I kinda forget what we did the rest of the day. I remember we almost ran out of gas, since we didn’t buy any since we left for Lovina last night. I think we went back to hotel, have a dinner in Bu Andika and the went shopping spree in Khrisna near the air port. We’re back at the hotel and finally got to sleep at 12 pm or 1 am. About the dinner, it was great. its about 50k/person with a drink.

6 thoughts on “Bali Summer Trip #3

      1. Medan…Yogya..hayuuu..tapi abis aku lulus ya *syaratnya tetep itu*

        yah mendinglah galau liburan..daripada :p

        Like

Leave a comment